Wabah COVID-19 masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang besar di Indonesia sampai saat ini. Pemeriksaan berbasis molekuler (PCR) masih merupakan standar emas yang digunakan untuk deteksi COVID-19. Saat ini telah banyak bermunculan laboratorium pemeriksaan PCR untuk COVID-19, baik menggunakan sistem drive thru, homecare maupun direct ke laboratorium. Pada waktu pengambilan sampel, tenaga medis akan melakukan swab nasofaring dan orofaring, kemudian swab tersebut dimasukkan kedalam cairan sebagai media perantara atau biasa disebut sebagai VTM (Viral Media Transport). Tak ayal, seringkali swab menimbulkan rasa tidak nyaman sampai sakit pada pasien.
Seiiring dengan berkembangnya teknologi dan inovasi, saat ini sudah tersedia VTM berbasis saliva. VTM saliva memiliki fungsi yang sama dengan VTM pada umumnya, hal yang membedakan adalah sampel yang dipakai. Jika VTM pada umumnya menggunakan sampel yang berasal dari nasofaring dan orofaring, VTM saliva menggunakan sampel yang berupa saliva atau air liur pasien. VTM berbasis saliva ini bernama C-Saliva, dimana memiliki sensitifitas 95,24 % dan spesifitas 91,49%. Penggunaan sampel saliva yang didukung dengan transport medium yang berkualitas diharapkan dapat menjadi solusi agar pemeriksaan PCR tetap menjadi pilihan utama tampa adanya ketidaknyamanan bagi pasien. Terlebih untuk pasien anak-anak, lansia, atau persyaratan perjalanan, VTM C-Saliva dapat menjadi solusi.